Pemerinta tidak akan menaikkan harga premium dan solar di tengah gejolak harga minyak dunia saat ini. Kenaikan harga premium dan solar dinilai akan menimbulkan distorsi di mayarakat.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan, pemerintah tidak akan terburu – buru mengambil kebijakan, termasuk untuk menaikkan harga premium dan solar. Sebab, dampak yang dikawatirkan semakin membebani masyarakat miskin dan mendorong tekanan inflasi.
“Banyak yang mengatakan kepada pemerintah untuk manaikkan (harga premium). Jangan gegabah. Itu menimbulkan distorsi. Ada inflasi, masyarakat miskin langsung terkena”, tuturnya di Jakarta belum lama ini.
Hatta mengakui kenaikan harga minyak dunia menyebabkan harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) ikut meningkat. Hal ini kemudian memengaruhi harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis pertamax. Dia mengakui adanya fenomena peralihan penggunaan pertamax ke premium seiring meroketnya harga BBM nonsubsidi itu. Dampaknya kuota BBM bersubsidi bakal membengkak.
Namun, menaikkan harga BBM bersubsidi dinilai bukan solusi tepat. Karena itu, pemerintah menghimbau masyarakat, terutama yang selama ini menggunakan BBM nonsubsidi, untuk tidak beralih ke BBM bersubsidi.(wisnoe moerti).
Namun, menaikkan harga BBM bersubsidi dinilai bukan solusi tepat. Karena itu, pemerintah menghimbau masyarakat, terutama yang selama ini menggunakan BBM nonsubsidi, untuk tidak beralih ke BBM bersubsidi.(wisnoe moerti).
Tanggapan :
Menaikkan harga BBM besubsidi merupakan salah satu metode organisasi(pemerintah) yang digunakan untuk mengurangi pengeluaran negara yang digunakan untuk mensubsidi BBM tersebut yang dperkirakan mencapai Rp. 3 Triliun setahun. Namun, metode tersebut dapat menimbulkan distorsi yang menyebabkan dorongan inflasi. Hal ini merupakan masalah serius, khususnya bagi masyarakat kelas bawah. Pemerintah diharapkan dapat memberikan kebijakan yang tepat dan memihak rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar